1. Dilaksanakan
pada saat matahari sudah naik kira-kira sepenggal atau setinggi tonggak
(maksudnya bukan pada waktu matahari baru terbit), dan berakhir
menjelang masuk waktu zhuhur (Berdasarkan HR. Muslim dari Ummu Hani’).
Dalam Jadwal Waktu Shalat, waktu shalat dhuha dimulai sekitar setengah
jam setelah matahari terbit (syuruq).
2. Shalat dhuha dapat dilaksanakan sebanyak:
- Dua rakaat (berdasarkan HR. Muslim dari Abu Hurairah).
- Empat rakaat (berdasarkan HR. Muslim dari 'Aisyah).
- Delapan rakaat dengan melakukan salam tiap dua rakaat (berdasarkan HR. Abu Daud dari Ummu Hani’).
- Boleh dikerjakan dengan jumlah rakaat yang kita inginkan. Berdasarkan hadis:
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللَّهُ. [رواه مسلم]
Artinya: “Diriwayatkan dari 'Aisyah, ia berkata; Rasulullah saw mengerjakan shalat dhuha empat rakaat dan adakalanya menambah sesukanya.” (HR. Muslim)
Al-'Iraqi mengatakan dalam Syarah at-Tirmidzi,
"Aku tidak melihat seseorang dari kalangan sahabat maupun tabi'in yang
membatasi jumlahnya pada dua belas rakaat. Demikian juga pendapat Imam
as-Suyuti, dari Ibrahim an-Nakha'i; bahwa seseorang bertanya kepada
Aswad bin Yazid, "Berapa rakaat aku harus shalat dhuha?" Ia menjawab,
"terserah kamu". (Fiqh as-Sunnah, jilid 1, hal 251, terbitan Dar al-Fath li al-'Ilam al-Arabi. Hadist-hadist yang menyatakan jumlah rakaatnya dua belas tidak ada yang lepas dari cacat. (Subul as-Salam, juz 2, hal. 19, terbitan Dar al-Kutub al-Ilmiyah)
3. Sebaiknya tidak dilaksanakan secara terus-menerus setiap hari. Berdasarkan hadis:
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ أَكَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى قَالَتْ لَا إِلَّا
أَنْ يَجِيءَ مِنْ مَغِيبِهِ. [رواه مسلم]
Artinya: “Diriwayatkan
dari 'Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada 'Aisyah,
"Apakah Nabi Saw. selalu melaksanakan shalat dhuha?", 'Aisyah menjawab,
"Tidak, kecuali beliau baru tiba dari perjalanannya.” [HR. Muslim]
Syu'bah
meriwayatkan dari Habib bin Syahid dari Ikrimah, ia mengatakan; "Ibnu
'Abbas melakukan shalat dhuha sehari dan meninggalkannya sepuluh hari".
Sufyan meriwayatkan dari Mansur, ia mengatakan; "Para sahabat tidak
menyukai memelihara shalat dhuha seperti shalat wajib. Mereka terkadang
shalat dan terkadang meninggalkannya". (Zad al-Ma'ad, juz 1, hal 128, terbitan Dar ar-Royyan li at-Turats)
4. Shalat dhuha dapat dikerjakan secara berjamaah. Berdasarkan hadis:
عَنْ عِتْبَانِ بْنِ مَالِكٍ وَهُوَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّنْ شَهَدَ بَدْرًا مِنَ اْلأَنْصَارِ أَنَّهُ أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّى قَدْ
أَنْكَرْتُ بَصَرِي وَأَنَا أُصَلِّى لِقَوْمِي وَإِذَا كَانَتِ
اْلأَمْطَارُ سَالَ اْلوَادِى بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ وَلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ
أَتَى مَسْجِدَهُمْ فَأًُصَلِّي لَهُمْ وَوَدِدْتُ أَنَّكَ يَا رَسُوْلَ
اللهِ تَأْتِي فَتُصَلِّي فِي مُصَلَّى فَأَتَّخِذُهُ مُصَلًى قَالَ
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَأَفْعَلُ إِنْ شَآءَ اللهُ. قَالَ عِتْبَانُ: فَغَدَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ حِيْنَ ارْتَفَعَ النَّهَارُ فَاسْتَأْذَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَأَذِنْتُ لَهُ فَلَمْ يَجْلِسْ حَتَّى دَخَلَ الْبِيْتَ ثُمَّ قَالَ:
أَيْنَ تُحِبُّ أَنْتُصَلِّي مِنْ بَيْتِكَ. قَالَ: فَأَشَرْتُ إِلَى
نَاحِيَةٍ مِنَ الْبَيْتِ فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَبَّرَ فَقُمْنَا وَرَاءَهُ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ. [متفق عليه].
Artinya: “Diriwayatkan
dari Itban bin Malik ---dia adalah salah seorang shahabat Nabi yang
ikut perang Badar dari kalangan Ansar--- bahwa dia mendatangi Rasulullah
saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku sekarang tidak percaya
kepada mataku (maksudnya, matanya sudah kabur) dan saya menjadi imam
kaumku. Jika musim hujan datang maka mengalirlah air di lembah (yang
memisahkan) antara aku dengan mereka, sehingga aku tidak bisa mendatangi
masjid untuk mengimami mereka, dan aku suka jika engkau wahai
Rasulullah datang ke rumahku lalu shalat di suatu tempat shalat sehingga
bisa kujadikannya sebagai tempat shalatku. Ia
meneruskan: Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Akan kulakukan insya
Allah”. Itban berkata lagi: Lalu keesokan harinya Rasulullah saw dan Abu
Bakar ash-Shiddiq datang ketika matahari mulai naik, lalu beliau
meminta izin masuk, maka aku izinkan beliau. Beliau tidak duduk sehingga
masuk rumah, lalu beliau bersabda: “Mana tempat yang kamu sukai aku
shalat dari rumahmu? Ia berkata: Maka aku tunjukkan suatu ruangan
rumah”. Kemudian Rasulullah saw berdiri lalu bertakbir, lalu kami pun berdiri (shalat) di belakang beliau. Beliau shalat dua rakaat kemudian mcngucapkan salam”. [Muttafaq Alaih].
عَنْ
عِتْبَانَ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ صَلَّى فِي بَيْتِهِ سُبْحَةَ الضُّحَى فَقَامُوا وَرَاءَهُ
فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ. [رواه أحمد والدارقطني وابن خزيمة]
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Itban ibn Malik, bahwasanya Rasulullah saw mengerjakan shalat di rumahnya pada waktu dhuha, kemudian para sahabat berdiri di belakang beliau lalu mengerjakan shalat dengan shalat beliau.” [HR. Ahmad, ad-Daruquthni, dan Ibnu Hibban]
Ada
pula satu hadis riwayat Ahmad, ad-Daruquthni, dan Ibnu Hibban dari
A’idz ibn ‘Amr, yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw pada suatu
kesempatan pernah melaksanakan shalat dhuha bersama para sahabat beliau.
Wallahu a’lam bish-shawab.
0 komentar:
Posting Komentar