Rabu, 09 Januari 2013

Cerita Beruk Tunggal

By Risman | At 19.37 | Label : | 0 Comments
Kononnya, ada sebuah istana terletak di tebing sebatang sungai. Rajanya mempunyai tujuh orang puteri. Baginda amat sayang kepada Puteri Bongsu. Di tebing sebelah istana ada sebuah pondok buruk. Penghuninya seorang perempuan setengah umur. Kerjanya bertani. Perempuan itu sangat inginkan seorang anak. Pada suatu hari, dia minum air di sebuah tempurung. Selepas itu dia mengandung lalu melahirkan seekor beruk. Ia dinamakan Beruk Tunggal.

Setelah besar, Beruk Tunggal menolong ibunya bertani. Tahun itu padi menjadi tetapi diserang tikus. Beruk Tunggal menangkap semua tikus yang menyerang padinya. Kemudian dia mencari Raja Tikus. Apabila bertemu, Raja Tikus itu diberi amaran. Raja Tikus ketakutan kerana ia tahu Beruk Tunggal jelmaan seorang anak raja kayangan.

“Hamba tidak tahu huma ini kepunyaan tuanku,” kata Raja Tikus.

“Padi aku sudah habis. Apakah tindakan kamu?” Tanya Beruk Tunggal.

“Hamba akan suruh rakyat hamba mengumpulkan butir emas,” kata Raja Tikus.

“Baiklah, aku terima pemberian itu!” kata Beruk Tunggal. Kemudian, segala tikus itu datang membawa butir emas. Banyaklah emas di pondok Beruk Tunggal.

Beruk Tunggal meminta emaknya meminang puteri raja. Emaknya pun pergi ke istana. Raja terkejut mendengar permohonan perempuan itu. Namun raja menyampaikan juga permohonan itu kepada ketujuh-tujuh orang puterinya.

“Kahwin dengan beruk?” Tanya Puteri Sulung. Puteri yang lain turut hairan. Hanya Puteri Bongsu yang bersopan-santun sahaja yang sanggup menjadi isteri Beruk Tunggal.

Raja dan permaisuri kasihan kepada Puteri Bongsu. Baginda meminta hantaran sebentuk cincin berlian. Pada fikiran raja, tentulah perempuan miskin itu tidak berdaya menyediakannya.

Beruk Tunggal memohon kepada ayahandanya, Raja Kayangan. Pada malam itu, ayahanda Beruk Tunggal menghantar secupak cincin berlian. Emak Beruk Tunggal pun mempersembahkan cincin berlian yang secupak itu ke istana.

Dia meminta baginda memilih sebentuk cincin yang sesuai. Raja tidak dapat mengelak. Puteri Bongsu pun dikahwinkan dengan Beruk Tunggal.

Selepas itu baginda tidak mahu mereka tinggal di istana. Puteri Bongsu mengikut Beruk Tunggal tinggal dipondoknya. Pada malam pertama, Puteri Bongsu menemui sarung beruk. Esoknya, Beruk Tunggal tidak bersarung lagi. Dia bertukar menjadi seorang pemuda yang kacak.

“Kekanda sebenarnya putera Raja Kayangan. Bakarlah sarung beruk itu. Taburkan sedikit debunya di luar pondok. Pintalah sesuka hati adinda,” kata putera Raja Kayangan.

Puteri Bongsu mengikut suruhan putera raja itu. Sebentar itu juga pondoknya bertukar menjadi istana, lengkap dengan taman yang indah.
Pengajaran :
1. Jangan mencuri hak orang lain.
2. Jangan memandang hina kepada orang miskin

Unsur Intrinsik dalam Cerita

By Risman | At 19.17 | Label : | 0 Comments

 

Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup:
  • Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
  • Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
  • Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur dibagi menjadi 3 yaitu:
  1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
  2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
  3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.
Alur meliputi beberapa tahap:
  1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
  2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita.
  3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
  4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
  5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
  • Perwatakan
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
  1. Dialog tokoh
  2. Penjelasan tokoh
  3. Penggambaran fisik tokoh
  • Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
  • Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
  • Latar belakang kehidupan pengarang
  • Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

Ukuran

Selat Sunda Jeung Gunung Krakatau

By Risman | At 18.58 | Label : | 0 Comments
 

Kacatur jaman baheula aya dua jalma adi lancek. Nu cikal ngarana Jana, ari nu bungsu Jani. Ki Jana ka asup jelema benghar, lega sawah lega kebon. Tapi koret, tara barang bere jeung tutulung. Tapi Ki Jani mah bari jeung miskin oge ari boga rejeki teh sok mere kanu butuh. Hiji poe Ki Jani nginjem beas ka Ki Jana tapi manan dibere malah dicarekan. Untung pamajikan Ki Jana karunyaeun. Susulumputan ti salakina mere beas ka Ki Jani sacangkir jeung lauk asin. 

Bari nalangsa Ki Jani balik ditengah jalan aprok jeung aki-aki awakna begang lempangna rumanggieung, atuh karunyaeun diajakan ka imahna. Nepi imah beas dibubur saenggeus asak didalahar bareng. Isuk-isuk keneh aki-aki teh geus pamitan. Memeh indit aki-aki teh mere jimat ka Ki Jani mangrupa lilisungan jeung haluna tina perak. “Naon wae anu dipikahyang ku ujang, sebutkeun wae bari nyebut Tutu! Tutu! Tutu!’tilu kali,” ceuk aki-aki teh, engke tangtu haluna nutu sorangan, sarta anu dipikahayang kaluar tina jero lisung. Ngereunkeunana lisung kudu dibere taneuh saetik.

Gancangna carita Ki Jani geus benghar, tapi tetep resep ngabantu jeung tutulung kanu susah. Barang Ki Jana ngadenge adina beunghar manehna sirik , bari boga niat jahat hayang miboga jimat eta. Hiji peuting Ki Jana datang Ka Jani, ku Ki Jani dicaritekeun kabeh ka Ki Jana carana make lisung. Terus dibawa minggat ku lanceukna ka alas pentas. Mangsa dina kapal geus eweuh uyah Ki Jana menta kalisung uyah kaluar uyah teh teu ereun-ereun, Ki Jana poho teu mawa taneuh. Nepi ka kapalna kelebuh teleum. Ti harita cai laut jadi asin.
Rincian Dongeng:
Tema : Perang Duduluran
Judulna : Cai Laut Asin
Bahasana : Kasar
Alur/plot : Ngagunakeun alur maju
Cara Nyarita/ Sudut Pandang : orang ka 3 palaku utama
Palakuna : Dua urang adi lanceuk: lanceukna Ki Jana, Adina Ki Jani.
Watek palakuna :
Ki Jana = Sarakar, koret, embung tutulung kanu susah.
Ki Jani = Bageur, berehan, daek tutulung kanu susah.
Tempat/latar : Jaman baheula di hiji lembur.
Eusi/hikmah nu bisa di cokot :Jadi jalma ulah koret jeung jahat, siga Ki Jana anu tung-tungna bakal cilaka. Kudu kos Ki Jani bageur sok daek nulungan batur, hirupna jadi senang tur tentrem

Minggu, 06 Januari 2013

Cara merubah Pecahan Biasa menjadi Persen

By Risman | At 19.32 | Label : | 0 Comments
 
Untuk mengubah pecahan Biasa menjadi persen caranya adalah di kali seratus  atau mengubah penyebutanya menjadi 100, persen berarti perseratus dan dilambang kan dengan simbol %

 Contoh :
Ubahlah pecahan biasa berikut menjadi persen dengan benar !!
   
1/2 = . . . %
 Jawab :
               = 1/2 x 100 %

               = 1/2 x 100/1 %
   
               = 100/2  %

               =  50  %

Latihan 
Ubahlah pecahan biasa berikut menjadi Persen !!
 1.  1/4 = . . . %                             6.  6/10= . . . %   

 2.  1/5 = . . . %                             7.  4/10 = . . . %   

3.  2/4 = . . . %                              8.  7/20 = . . . %   

4.  3/4 = . . . %                              9.  6/100 = . . . %   

5. 12/ 20 = . . .  %                        10. 25/10 = . . . %   


Jumat, 04 Januari 2013

Pengertian Belajar

By Risman | At 17.37 | Label : | 0 Comments
 

Pengertian Belajar
Berikut ini teori-teori belajar menurut pendapat dari beberapa ahli.

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2003:154).
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mancakup segala sesuatu yang difikirkan dan dikerjakan (Anni, 2004:2).
Belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu tujuan (Darsono, 2000:32).
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 1988:22).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.

Ciri-ciri belajar
Menurut Slameto (2003:3) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar meliputi:

Perubahan terjadinya secara sadar Berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Contohnya kecakapan yang dimiliki seseorang akan terus berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya belajar mengetik.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan.


Jenis-jenis Belajar
Menurut Gagne dalam bukunya Sudjana (1989:46) berpendapat bahwa jenis-jenis belajar dilihat dari prosesnya dibagi menjadi 8 jenis, yaitu:

Belajar signal. Bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang.
Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan.
Belajar membentuk rangkaian yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala/faktor/yang satu dengan yang lain, sehingga manjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti.
Belajar asosiasi verbal yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.
Belajar memberikan hal yang majemuk yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya.
Belajar konsep yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi tertentu.
Belajar kaidah atau belajar prinsip yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep.
Belajar memecahkan masalah yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip, untuk memecahkan persoalan.

Menurut Slameto (2004:5) jenis-jenis belajar ada 11, meliputi:

Belajar bagian (part learning, fractioned learning). Dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.
Belajar dengan wawasan (learning by insight). Menurut Gesalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
Belajar Diskriminatif (discriminatif learning). Suatu uasaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Belajar global/keseluruhan (global whole learning). Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian.
Belajar insidental (insidental learning). Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah-tujuan. Belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi yang akan diujikan.
Belajar instrumental (instrument learning). Reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada siswa akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.
Belajar intensional (intentional learning). Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.
Belajar laten (latent learning). Perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.
Belajar mental (mental learning) Belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain.
Belajar produktif (productive learning). Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
Belajar verbal (verbal learning). Belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperiment klasik dari Ebbinghaus.

Daftar Pustaka
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.
Darsono dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido.

Teori Belajar

By Risman | At 17.22 | Label : | 0 Comments
Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995). Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.

Jenis-Jenis Teori Belajar

a. Teori Belajar Menurut Thorndike (Teori Koneksionisme)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.

Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
1) Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. 
Masalah-masalah yang terjadi dalam hukum Law of Readiness:
a) Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.
b) Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
c) Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
2) Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

3) Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.

b. Teori Belajar Menurut Skinner
B.F. Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1) Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
2) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3) Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4) Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
5) Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6) Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah.
7) Dalam pembelajaran digunakan shaping.

c. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu
1) Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara.
2) Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya.
3) Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
4) Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu (5) fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, (6) fase generalisasi adalah fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut. (7) Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar, dan (8) fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).

d. Teori Belajar Menurut Bruner
Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.
1) Model Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata.
2) Model Tahap Ikonik
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif.
3) Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.

e. Teori belajar Menurut Piaget
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia, yaitu :
1) Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2) Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
3) Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
4) Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan
.
f. Teori Belajar Menurut Ausubel
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar,1988 :142)
Menurut Ausubel, Novak,dan Hanesian ada dua jenis belajar:
1) Belajar bermakna (meaningful learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur penertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya.
2) Belajar menghafal (rote learning)
Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Langkah – langkah belajar bermakna Ausubel adalah :
1) Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
2) Diferensiasi Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep- konsep. Caranya unsur yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru lebih mendetail.

Prinsip Pembelajaran Efektif

By Risman | At 17.09 | Label : | 0 Comments
 

Panduan prinsip-prinsip pembelajaran efektif
Pembelajaran efektif berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
Pembelajaran efektif menguatkan praktek dalam tindakan
Pembelajaran efektif mengintegrasikan komponen-komponen kurikulum inti
Pembelajaran efektif bersifat dinamis dan dapat membangkitkan kegairahan
Pembelajaran efektif merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tentang pengajaran
Pembelajaran efektif membutuhkan pemahaman komprehensif tentang siklus pembelajaran
Pembelajaran efektif dapat menemukan ekspresi terbaiknya ketika guru berkolaborasi untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan menemukan bentuk praktek mengajar yang profesional

GURU, PESERTA DIDIK, DAN PEMBELAJARAN

Peran Guru :
* memperhatikan dan bersikap positif;
* mempersiapkan baik isi materi pelajaran maupun praktek pembelajarannya;
* memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswanya;
* memiliki sensitivitas dan sadar akan adanya hubungan antara guru, siswa, serta tugas masing-masing;
* konsisten dan memberikan umpan balik positif kepada siswa.

Peran Siswa :
* tertarik pada topik yang sedang dibahas;
* dapat melihat relevansi topik yang sedang dibahas;
* merasa aman dalam lingkungan sekolah;
* terlibat dalam pengambilan keputusan belajarnya;
* memiliki motivasi;
* melihat hubungan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pengalaman belajar yang akan dicapai.

Tugas pembelajaran :
* spesifik dan dapat dikelola dengan baik
* kemampuan yang dapat dicapai dan menarik bagi siswa
* secara aktif melibatkan siswa
* bersifat menantang dan relevan bagi kebutuhan siswa

Sejumlah variabel sebaiknya dijadikan pertimbangan ketika guru menyeleksi model pembelajaran, strategi, dan metode-metode yang akan digunakan. Variabel-variabel tersebut di antaranya :

* hasil dan pengalaman belajar siswa yang diinginkan;
* urutan pembelajaran (sequence) yang selaras : deduktif atau induktif;
* tingkat pilihan dan tanggung jawab siswa (degree);
* pola interaksi yang memungkinkan;
* keterbatasan praktek pembelajaran yang ada.

Model-model Pembelajaran
1. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktek pendidikan dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran.
2. Model digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pengajaran, metode, keterampilan, dan aktivitas siswa untuk memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran (topik konten).
3. Joyce dan Weil (1986) mengidentifikasi empat model yakni (a) model proses informasi, (b) model personal, (c) model interaksi sosial, dan (d) model behavior.

Strategi Pembelajaran
1. Dalam setiap model terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan.
2. Menurut arti secara leksikal, strategi adalah rencana atau kebijakan yang
3. dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
4. Dengan demikian strategi mengacu kepada pendekatan yang dapat dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Strategi dikelompokkan menjadi strategi langsung (direct), strategi tidak langsung (indirect), strategi interaktif (interactive), strategi melalui pengalaman (experiential), dan strategi mandiri (independent).

Metode-metode Pembelajaran
1. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan menkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Keterampilan-keterampilan pembelajaran
1. Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang sangat spesifik.
2. Di dalamnya terdapat teknik-teknik pembelajaran seperti teknik bertanya, diskusi, pembelajaran langsung, teknik menjelaskan dan mendemonstrasikan.
3. Dalam keterampilan-keterampilan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan perencanaan yang dikembangkan guru, struktur dan fokus pembelajaran, serta pengelolaan pembelajaran.

1.Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)
* Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.
* Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah

2.Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)
* Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis.
* Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri.
* Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

3.Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction)
* Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik.
* Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir.
* Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif.
* Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan.

4.Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)
* Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
* Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, dan bukan hasil belajar.
* Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.

5.Strategi Belajar Mandiri (independent study)
* Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode-metode pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi guru.
* Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggungjawab dalam merencanakan dan menentukan kecepatan belajarnya.

PENGEMBANGAN MEDIA

PENGERTIAN MEDIA
AECT : media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi
Gagne : media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar
Briggs : media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar
NEA : media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya
MEDIA adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi

KEGUNAAN MEDIA
* Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
* Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
* Mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bergairah
* Mengkondisikan munculnya persamaan persepsi dan pengalaman

PEMILIHAN MEDIA
CIRI UTAMA MEDIA YAKNI SUARA, VISUAL, GERAK
KLASIFIKASI MEDIA
Audio visual gerak / diam
Visual gerak / diam
Audio Cetak

PERTIMBANGAN PEMILIHAN MEDIA
* Tujuan yang ingin dicapai
* Karakteristik siswa/sasaran
* Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak)
* Keadaan lingkungan setempat
* Luasnya jangkauan yang ingin di
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. Risman Munajat Note's - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz