Jumat, 25 November 2011

Kompetensi Guru

By Risman | At 04.51 | Label : | 0 Comments
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

A. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen  dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”.  Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini  dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.Kompetensi Menyusun Rencana PembelajaranMenurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6)  mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
  • a. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan  teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.Yutmini (1992:13)  mengemukakan, persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: (1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.Hal serupa dikemukakan oleh Harahap (1982:32) yang menyatakan, kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: (1) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, (2) mengarahkan tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran, (4) melakukan pemantapan belajar, (5) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar, (6) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan, (7) memperbaiki program belajar mengajar, dan (8) melaksanakan hasil penilaian belajar.Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, dan (12) menggunakan waktu.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
  • b. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar
Menurut Sutisna (1993:212), penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan.Commite dalam Wirawan (2002:22) menjelaskan, evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan.Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.Depdiknas (2004:9) mengemukakan  kompetensi penilaian belajar peserta didik, meliputi (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran,
(2) mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda, (3) mampu memperbaiki soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab, (5) mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, (6) mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian, (7) mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, (8)  mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, (9) mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian,  (10) mampu menyimpulkan  dari hasil penilaian secara jelas dan logis, (11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, (12) mengklasifikasi kemampuan siswa, (13) mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (14) mampu melaksanakan tindak lanjut, (15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut,  dan (16) mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.
Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik tercermin dari indikator (1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (2) kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan (3) kemampuan melakukan penilaian.

B. Kompetensi Pribadi

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.  Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226)  menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.

C. Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan profesional mencakup (1) penguasaan pelajaran yang terkini  atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, (3) penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi)  yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi (1) pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan

D. Kompetensi Sosial

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2) pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.

Jumat, 26 Agustus 2011

Cara Membuat Format Buku dengan MS WORD

By Risman | At 15.32 | Label : | 0 Comments
Langkah Membuat Format Buku dengan MS WORD

Cara pertama
1. Pengaturan halaman
    a. File>Page Setup>Margin
     Pada bagian Pages, pilih Mirror margins>OK
     File>Page Setup>Paper . Ubah panjang dan lebar kertas untuk ukuran setengah halaman F4 (folio);   Width  = 16,5 cm Height = 21,5 cm> OK
   Atur penomoran halaman; insert>page number>OK
2. Permanis dengan page border; Format>border and shading>page border>Art; klik pada drobdown menuny a, pilih salah satu jenis border.>OK
3. Cara Pencetakan
1. Mencetak dokumen. File>print>
Atur bagian pages per sheet menjadi ; 2 pages, dan atur bagian scale to paper size menjadi ; F4
2. OK
Setelah ini, maka komputer akan memerintahkan printer untuk mencetak dokumen kita ke dalam satu lembar F4 (folio) yang berisi masing-masing 2 halaman. Demikianlah…semoga pengalaman ini berguna bagi siapa pun yang ingin membuat buku sendiri.

Cara kedua
Langkah Membuat Format Buku dengan MS WORD
Berikut, adalah langkah-langkah membuat buku dengan ms word atau cara membuat buku di microsoft word 2007.
Langkah I
1. Buka microsoft word 2007 anda.
2. Buka dokument surat atau dokument proposal, atau dokument buku yang ingin anda cetak dalam model   buku atau buat dokumen baru jika anda baru mau menuliskan sebuah file.
3. Kemudian anda klik Page Layout — pilih “Margin” — pilih “Custom Margin“, pada multiple pages silahkan anda pilih bookfold. dan sheet per bloked “All“
4. Oreintasi akan berubah secara otomatis dari potrait menjadi landscape
5. Klik OK
6. Silahkan anda edit sendiri margin dan header atau footer nya sesuai dengan kebutuhan anda.
Dokumen akan berubah menjadi bentuk landscape jadi check ulang dokumen pribadi anda.
Langkah II (print)
1. Klik home -> Print
2. Beri centang (tick) pada pilihan manual duplex
3. Klik OK
Setelah itu setting printer anda akan secara otomatis mencetak halaman anda. Tunggu sampai ada perintah untuk membalik kertas. Setelah itu balik kertas yg sudah dicetak dan masukkan ke dalam printer.
nah ada sedikit catatan disini: jangan lupa masukkan kertas dengan benar!!
Tips Untuk cetak di printer Lexmarx E 360 DN bisa cetak bolak-balik secara otomatis, yaitu dengan cara : Ctrl+P –> Properties –> Klik “2-sided long edge” –> OK

Kamis, 18 Agustus 2011

MEMBANGUN KONSEP DIRI

By Risman | At 02.46 | Label : | 0 Comments

Banyak orang gagal bukan karena tidak punya potensi dan kemampuan, tetapi Kegagalan sering terjadi akibat kesalahan konsep diri. Sadarilah bahwa  Allah menciptakan manusia berbeda satu sama lainnya dan memiliki keunikan tersendiri. Sehingga  kenalilah diri sendiri dan janganlah meniru orang lain yang penting adalah jujur pada diri sendiri, sadari tujuan, keinginan, kekuatan dan kelemahan diri. Apa yang telah saya lakukan untuk memaksimalkan kemampuan saya ? apa yang telah saya lakukan untuk membantu mengerjakan semua yang saya bisa? Tetapkan standar internal anda dalam rangka menjadi sosok manusia yang dicita-citakan, sosok aktifis yang tangguh, sosok manusia  penuh girah..

PEMAKNAAN ISTILAH KONSEP DIRI DAN KONSEP DIRI SEORANG MUSLIM.

Konsep diri sering diidentikan dengan istilah penghargaan diri (self esteem) yang sebenarnya sudah ada sejak lahir dengan fitrahnya seperti bayi yang polos dan self esteem kita berkembang seiring berkembangnya interaksi dengan orang lain. Dale Carnegie (1993:31) mengartikan sebagai “suatu gabungan-suatu montase- dari semua gambaran mental yang anda ambil untuk diri anda – gambaran fikiran tentang bagaimana anda bertingkah laku.” Definisi self esteem yang diungkapkan seorang psikolog, Dr. Palladino (1994) secara lengkap mendefinisikan sebagai :

a. Kepercayaan terhadap diri sendiri.
b. Kemampuan untuk melihat posisi diri dunia ini secara realistis dan optimis
c. Keyakinan akan kemampuan dalam membuat perubahan dan menghadapi tantangan hidup.
d. Kapasitas untuk memahami kelemahan diri dan berusaha memperbaiki diri
e. Pengetahuan tentang dri sendiri serta penerimaan akan pengetahuan tersebut.
f. Kemampuan untuk mengakui keunikan diri dan berbangga terhadap apa yang membuat diri kita unik
g. Keperacayaan akan nilai diri dan penghargaan akan kemampuan yang dimiliki
h. Kepercayaan tentang apa yang kita dapat lakukan, cara pandang positif dan keyakinan diri untuk melakukan sesuatu yang baru.
i. Kemampuan untuk untuk menggali dan menerapkan keterampilan dalam prilaku positif
j. Pemahaman bahwa kita berharga bagi diri sendiri dan orang lain
k. Mengetahui siapakah saya ?, Apa yang saya dapat lakukan serta bagaimanakah memproyeksikan pengetahuan ini lewat tindakan nyata.
l. Mencintai diri sendiri, bagimanapun juga penampilan diri dimiliki
m. Menyukai diri sendiri, menghargai diri sendiri dan mau mengahadapi resiko dan kegagalan yang mungkin menghadang.
n. Menerima diri saya apa adanya dan memiliki kekuatan untuk mendesain kehidupan yang saya inginkan.

Bagaimana dengan Konsep diri  ?

Konsep diri seorang muslim penulis artikan sebagai: “Suatu potensi yang dimiliki manusia sebagai mahluk pribadi dan mahluk social dalam mengkomunikasikan dengan permasalahan hidup melalui pencerahan spiritual, kepribadian dan pengolahan daya fikir sehingga memantapkan pola tindakan secara benar dan bisa mengsinergikan dengan aktifitas sehari-hari secara seimbang antara pekerjaan, organisasi dan pergaulannya dengan manusia lainnya dalam kerangka nilai Islami” Atau bisa juga bisa diartikan sebagai nilai-nilai yang mampu merubah dan memberikan kekuatan pribadi sehingga bisa tetap survival dalam mempertahankan keimanannya dan fiqrahnya dan siap menerima perbedaan dengan fiqrah lainnya tanpa menghujat tapi tidak toleransi dengan penyimpangan dan tidak merasa paling benar tapi bersifat tegas mempertahankan sesuatu yang prinsifil (qoth’i) dan tetap menjalin ukhuwah walau berbeda prinsip dengan kita.

KONSEP DIRI RENDAH = SELF ESTEEM RENDAH

Seringkali kita memandang diri kita rendah dan tak berguna. Cara pandang negative terhadap diri sendiri dan selalu diiringi persepsi negative terhadap orang lain, adalah cirri rendahnya self esteem alias penghargaan diri.
Bahaya kurangnya self esteem yang rendah akan memicu dua sikap ekstrim yang merugikan. 

Pertama, sikap pasif yaitu tidak tegas dalam melakukan berbagai tindakan akibata adanya rasa takut membuat orang lain tersinggung, merasa diperintah atau merasa digurui yang akan membuat mereka membenci dan mengucilkan kita. Padahal ketegasan adalah kunci kedisiplinan yang merupakan modal penting bagi keberhasilan diri dan aktifitas kita. 

Kedua sikap agresif, memaksakan gagasan, tidak mau menerima masukan dari orang lain dan cenderung mengundang perdebatan disbanding penyelesaian masalah. Padahal sikap menentang dan mengabaikan ide-iide orang lain berarti menghambatkan tercapainya keputusan yang tepat dan akurat. Juga berarti merugikan dri sendiri, orang lain dan organisasi dimana kita ingin tetap eksis didalanya.

Ciri-ciri konsep diri yang rendah 
1. Kesalahan persepsi terhadap diri sendiri dibandingkan orang lain : anggapan bahwa orang lain lebih baik penampilannya, lebih cemerlang idenya, lebih diperhatikan banyak orang dan akhirnya kita merasa tertinggal jauh dan untuk merubahnya tidak mampu akhirnya tidak punya keinginan untuk berubah atau menrima tantangan.
2. Koncep diri yang rendah dipengaruhi cara berfikir tentang persepsi orang lain terhadap anda : penuh prasangka dengan apa yang dibicarakan teman tentang diri anda, kritikan dianggap sebagai cemoohan, iri hati dan usaha menjatuhkan diri anda dimuka public, akhirnya tidak pernah mempercayai orang lain, apalagi berintropeksi terhadap apa yang telah dilakukan.

BAGAIMANAKAH MEMBANGUN SELF ESTEEM ?
1. Belajar menyukai diri sendiri.
Menyukai diri sendiri bukan berarti sombong tapi selalu memiliki perasaan positif dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Bukan berarti malas melainkan menorong diri kita untuk terus berjuang untuk menjadi pribadi yang sholeh secara emosional maupun secara spiritual.
2. Kembangkan pemikiran positif
Cara berfikir kita mengendalikan hidup kita. Bila kita berfikir sesuatu dapat terjadi maka itu akan terjadi karena tindakan kitalah yang membuatnya terjadi. Pemikiran positif inilah mendorong sikap optimis, berjiwa pememang, keberanian mengahdapi tantangan dan resiko.
3. Perbaiki kualitas hubungan interpersonal.
Disaat kita krisis kepribadian seperti minder, tidak berguna, pesimistis, maka dukungan orang lain sangat dibutuhkan. Bersilaturahmilah, tingkatkan keakraban dengan teman dan saudara kita dan mintalah kritk dan tausiyah akan mendorong kita memahami apa yang harus segera dibenahi. Berorganisasilah, kita adakan dapat wawasan dan menmukan figure positif, kehangatan hubungan sosisal sehingga meningkatkan semangat hidup.
4. Bersikap proaktif.
Proaktif berarti berani mengambil tanggungjawab dan tidak menyalahkan orang lain jika gagal. Kemduaian mau berlatih membuat keputusan efektif dan perencanaan strategis, cepat menangkap peluang, berinisiatif dan tidak menunggu-nunggu orang lain. No lucky for the jobless.
5. Jaga keseimbangan hidup
Konsep diri rendah karena kita tidak bisa menyeimbngkan diri dalam mengelola waktu, energi dan emosi kita. Buatlah prioritas antara aktifitas belajar/kuliah/kerja dengan aktifitas dirumah/keluarga; prioritas kehidupan pribadi dan kehidupan social; antara aktifitas fisik dengan aktifitas ruhiyah kita. Buatlah visi, misi dan target hidup anda baik jangka panjang maupun jangka pendek. Buatlah evaluasi (muhasabah) harian atau mingguan secara teratur.
6. Ubah cara berkomunikasi.
Ucapan ibarat pedang yang kalau tidak hati-hati akan menebasnya, sehingga ubahlah cara komunikasi diri (self talk) dengan mengubah ungkapan negative menjadi ungkapan positif :
a) Selalu menggunakan kata ‘saya’ jangan aku atau anda agar tidak terkesan tinggi hati atau menggurui.
b) Gunakan kalimat yang menjelaskan situasi sekarang bukan masa lalu atau angan-angan.
c) Katakan apa yang anda inginkan, bukan apa yang anda tidak inginkan.
d) Hindari perkataan ‘jangan’ atau julukan negative kepada diri sendiri dan orang lain, sebab akan melemahkan semangat dan menjatuhkan citra diri.
e) Simaklah dulu ucapnnya sebelum menyimpulkan atau memvonisnya.
f) Berikan umpan balik positif kepada orang lain dengan menggunakan kata :”saya menghargai, saya memahami, saya percaya anda orang baik, dsb”
g) Biarkan bahasa tubuh anda positif, walau anda sedang sedih, marah dan suntuk. Just keep smiling.


BAGAIMANAKAH MENATA KONSEP DIRI  ?

A. Penataan spiritual religuitas (salimul aqidah, sahihul ibadah & matinul khuluq).
a) Pemahaman Aplikatif aqidah/ keyakinannya (eksistensi Allah, nilai kebenaran, nilai kritis, nilai kerja, nilai pergaulannya dan nilai hubungan) yang teraplikasi dalam cara ibadah, cara bekerja, cara berorganisasi dan cara berpola fikir yang melahirkan konsistensi (istiqomah).
b) Konsistensi pribadi ini akan melahirkan konsep diri positif, keberanian, rasa percaya diri, ketenangan jiwanya terhadap berbagai permasalahan hidup.
c) Strateginya adalah kenali diri sendiri, kemudian binalah diri (tarbiyah zakiyah) atau menej diri sendiri dengan aktifitas harian kita yang menularkan virus baik bagi teman dan sekitarnya

B. Penataan kematangan pribadi (mujahidu linnafsi).
Penataan spiritual akan berpengaruh pada tingkat kematangannya sebagai manusia, tapi perlu adanya keuletan manusia untuk melatih dan mengasah, antara lain
a) Penataan kekuatan pola berfikir (mutsaqol fikri)
b) Sinergitas diri, pekerjaan, dakwah, organisasi dan pergaulan (tarbiyatul jakiyun)

C. Konsep diri dengan orang lain
a) Memperbaiki Komunikasi dan relationshif
b) Membangun hubungan Keluarga
c) Membangun komitmen dengan tim.
d) Regenerasi
e) Sinergitas

Demikianlah membangun konsep diri bukanlah hal yang mudah membutuhkan adanya proses konsisten dalam berbagai hal yaitu adanya Pembina, pembinaan rutin dan adanya control dan adanya mediator pembinaan. Tapi ada yang lebih praktis kosnep diri bisa dibentuk sendiri melalau pembinaan dan memenej diri sendiri dengan teratur.

SUMBER :
a) BS Wibowo, SHOOT, TRUSTCO, PT syamil cipta media, Bandung, 2002.
b) Dale Carnegie, bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain, Jakarta, 1993.
c) Dvid J swartz, berfikir dan berjiwa besar, Jakarta, 1999.
◄ Posting Baru
 

Copyright © 2012. Risman Munajat Note's - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz